Jiwa Berfikir (nafs nâthiqoh) atau dalam al-Qur’an disebut sebagai nafs muthmainnah (jiwa yang tenteram) dan rûh amrî atau istilah lainnya disebut sebagai kalbu. Jiwa ini adalah esensi yang hidup, aktif dan rasional. Kalbu ini dipercaya memiliki substansi seperti jasad. Ia dapat melihat segala yang tampak dengan mata dan melihat hakekat dengan akal. Sebagaimana sabda rasul: ﻥﺎﻧﻳﻋ ﻪﺒﻠﻗﻠﻮ ﻻﺇ ﺪﺑﻋ ﻦﻤ ﺎﻤ (artinya: tidak ada dari seorang hamba itu kecuali kalbunya memili dua mata). Keduanya dapat melihat hal yang ghaib. Dan ia pun tidak akan mati namun hanya kembali kepada Tuhan mereka
(wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridloi). Dalam kehidupannya, jiwa ini selalu bekerja mencari ilmu, karena ilmu adalah perhiasannya di akherat.
1. Jasad, perangkat tubuh manusia yang kasar dan empiris. Allah menyusun jasad ini dari saripati tanah dan disusun dan dibangun dari sari-sari makanan. Ia terdiri dari bagian-bagian keras dan kuat serta melaksanakan tugas-tugas berjalan, gerakan, penginderaan yang diperintahkan oleh ruh hewani (sebagai pelayan ruh hewani).
2. Ruh Hewani sering pula disebut sebagai nafsu. Ruh hewani ini merupakan penggerak syahwat dan emosi. Lebih jauh lagi Ia pula yang melahirkan keinginan-keinginan untuk melakukan kekerasan, amarah, berbuat sadis menguasai segala sesuatu dan lain sebagainya.[24] Ruh hewani dapat digambarkan sebagai jasad lembut yang bertempat di dalam kalbu. Ia bagaikan lampu menyala di dalam kaca kalbu. Kehidupan adalah cahaya lampu itu dan darah adalah minyaknya . emosi adalah panasnya, sedangkan kekuatan yang menggerakkan jasad adalah ajudannya.
Ruh kehidupan. Ruh ini tidak menunjukkan pada ilmu serta tidak menegtahui jalan makhluk dan kebenaran pencipta. Ia merupakan kehidupan di saat jasad hidup, dan ia akan mati seiring jasad mati.
Dari berbagai hal yang dimiliki manusia tersebut, maka Ghazali kemudian membaginya dalam tiga dimensi, yakni: Jasad, ‘Aradh, serta jawhar. Jasad sebagaimana diterangkan diatas merupakan bagian kasar. Sementara ‘aradh (aksiden) adalah ditentukan oleh jasad dan ruh. Ia tidak kekal setelah substansi –yakni nafs nâthiqoh— kembali kepada sang pencipta. Sedangkan jawhar (substansi) ialah jiwa yang tak pernah mati, jiwa yang hanya kembali kepada Tuhan, nafs al-muthmainnah.
Al-‘aql al-mustafād bisa berkomunikasi dengan akal ke-10 (Jibril) dan mampu menangkap pengetahuan yang dipancarkan oleh “akal aktif” (‘aql fa’āl). Dan ‘aql fa’āl menjadi mediasi yang bisa mengangkat akal potensial naik menjadi akal aktual, ...juga bisa mengangkat akal aktual naik menjadi akal mustafad. Hubungan antara ‘aql fa’āl dan ‘aql mustafād ibarat mata dan matahari.,,,sagitulah nan ambo katahuai sanak,,,semoga kito labiah banyak mangkaji diri kito dari pado mangkaji urang lain,,,,semoga bermamfaat,,aamiin
(wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridloi). Dalam kehidupannya, jiwa ini selalu bekerja mencari ilmu, karena ilmu adalah perhiasannya di akherat.
1. Jasad, perangkat tubuh manusia yang kasar dan empiris. Allah menyusun jasad ini dari saripati tanah dan disusun dan dibangun dari sari-sari makanan. Ia terdiri dari bagian-bagian keras dan kuat serta melaksanakan tugas-tugas berjalan, gerakan, penginderaan yang diperintahkan oleh ruh hewani (sebagai pelayan ruh hewani).
2. Ruh Hewani sering pula disebut sebagai nafsu. Ruh hewani ini merupakan penggerak syahwat dan emosi. Lebih jauh lagi Ia pula yang melahirkan keinginan-keinginan untuk melakukan kekerasan, amarah, berbuat sadis menguasai segala sesuatu dan lain sebagainya.[24] Ruh hewani dapat digambarkan sebagai jasad lembut yang bertempat di dalam kalbu. Ia bagaikan lampu menyala di dalam kaca kalbu. Kehidupan adalah cahaya lampu itu dan darah adalah minyaknya . emosi adalah panasnya, sedangkan kekuatan yang menggerakkan jasad adalah ajudannya.
Ruh kehidupan. Ruh ini tidak menunjukkan pada ilmu serta tidak menegtahui jalan makhluk dan kebenaran pencipta. Ia merupakan kehidupan di saat jasad hidup, dan ia akan mati seiring jasad mati.
Dari berbagai hal yang dimiliki manusia tersebut, maka Ghazali kemudian membaginya dalam tiga dimensi, yakni: Jasad, ‘Aradh, serta jawhar. Jasad sebagaimana diterangkan diatas merupakan bagian kasar. Sementara ‘aradh (aksiden) adalah ditentukan oleh jasad dan ruh. Ia tidak kekal setelah substansi –yakni nafs nâthiqoh— kembali kepada sang pencipta. Sedangkan jawhar (substansi) ialah jiwa yang tak pernah mati, jiwa yang hanya kembali kepada Tuhan, nafs al-muthmainnah.
Al-‘aql al-mustafād bisa berkomunikasi dengan akal ke-10 (Jibril) dan mampu menangkap pengetahuan yang dipancarkan oleh “akal aktif” (‘aql fa’āl). Dan ‘aql fa’āl menjadi mediasi yang bisa mengangkat akal potensial naik menjadi akal aktual, ...juga bisa mengangkat akal aktual naik menjadi akal mustafad. Hubungan antara ‘aql fa’āl dan ‘aql mustafād ibarat mata dan matahari.,,,sagitulah nan ambo katahuai sanak,,,semoga kito labiah banyak mangkaji diri kito dari pado mangkaji urang lain,,,,semoga bermamfaat,,aamiin
— bersama Ayah FahRi, Bang Roy Nasri, Armond Piliang, Amir Piliang, Wendri Jambak, Rahmi Fauzil, Citra Ramanda, Azmar Ramad Spd, Khalis Marwah II, Nelda Akim, Rubby Anggara Pili, Rames Wati, Dhinda Aulia Piliang, Vivaldi Sutan Sinaro, Eri Jamarun Koto, Nardi Tjahjo Nirwanto, Iswanto Mando, Basyuni Asris Dt Malikiwi, Sinaro Jally, Syair PalaLa, Epi Yurdan, Yuli Yulasmi, Nelly Piliang, Ikke Youlandha, Rina Rank Pilli, Fauzi Al Azhar, Bunda Zaqi Fadli, Ramli Pili, Rina Gusmila, Maharuddin Orpa, Happy Neldy, Dt Damsuar, Abi Chaniago, Nelita Amae, Khaidir Rahman, Oktavia Desi, Doni Damar Piliank, Sri Devi Elly Chaniago, Khairullah Al Basrie, Yohanes Wempi, Yessi Doang, Arief Djati D, Sarmaini Sirukam, Citra Dewi, Elvina Manday, Tasril Ril, Yeli Koto, Har Piliang, Nirwan Sikumbang Milenium, Fauzi Ali Tanjuang dan Inyiak Kumis.
· · Bagikan · Sunting · 21 jam yang lalu
- Anda dan 23 orang lainnya menyukai ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar