DHARMASRAYA — Disaat usia sudah senja, penderitaan nenek Isa, 84,
semakin parah. Jangankan mencari nafkah, berdiri saja susahnya minta
ampun. Sehingga tak mengherankan nenek ini sering berpuasa lantaran
tidak ada yang akan dimakan.
Kalaupun diberi uang oleh orang yang merasa iba, rasanya tidak ada guna, karena ia tidak sanggup lagi berjalan jauh. Apalagi pergi belanja ke warung maupun ke pasar. Dalam sehari, nenek itu hanya mengandalkan uluran tangan dari orang lain.
Nenek tua itu kepada Singgalang saat berkunjung ke kediamannya Sabtu pekan lalu mengaku, belakangan ini dirinya sudah sering sakit-sakitan, tapi sakit yang datang tidak mengenal waktu itu, hanya ditahan saja. Karena tidak ada uang untuk mem beli obat. Walaupun ada program Jamkesmas dari pemerintah, siapa yang akan mengantarkannya ke Puskesmas.
Selama berada di rumah nenek yang sudah uzur itu, seringkali keluar erangan kesakitan dari mulutnya. Sambil mendesis, nenek itu memegang kaki, dan dadanya. Rasanya kaki, dan dada ini mau pecah, walaupun sakit sudah menghunjam seluruh tubuh, namun tidak satupun keluarga tempat mengadu yang ia miliki.
Sejak 15 tahun belakangan, dirinya tidak kuat lagi mencari nafkah. Semenjak itu pulalah nenek ini menggantungkan hidupnnya dari belas kasihan tetangga, dan orang kampung. Terutama sekali Sarjenedi, 43, salah seorang tetangga dekat nenek itu.
Walaupun hidup Sarjenedi dapat pagi habis petang, namun dirinya merasa bertanggungjawab terhadap kehidupan nenek tersebut. Bahkan tiap pagi, sebelum berangkat kerja ke ladang orang, Sarjenedi selalu menyempatkan diri menengok, sambil mengantarkan nasi secukupnya untuk makan nenek tersebut.
Sepulang kerja giliran istrinya yang mengantarkan nasi. Begitulah yang dilakukan oleh keluarga Sarjenedi setiap hari. Bahkan anak-anaknya juga mendapat bagian untuk memantau nenek itu setiap saat, ketika pulang sekolah. Karena kita takut terjadi kemungkinan yang buruk, dengan melihat kondisi nenk yang sudah tua, dan sering sakit-sakitan.
Sarjenedi berharap kepada pemerintah setempat, supaya mendirikan panti jompo yang aktif di wilayah Dharmasraya. Pasalnya masih banyak nenek lain yang bernasib sama seperti nenek Isa ini, senut Sarjenedi.
(syaiful anif)
Kalaupun diberi uang oleh orang yang merasa iba, rasanya tidak ada guna, karena ia tidak sanggup lagi berjalan jauh. Apalagi pergi belanja ke warung maupun ke pasar. Dalam sehari, nenek itu hanya mengandalkan uluran tangan dari orang lain.
Nenek tua itu kepada Singgalang saat berkunjung ke kediamannya Sabtu pekan lalu mengaku, belakangan ini dirinya sudah sering sakit-sakitan, tapi sakit yang datang tidak mengenal waktu itu, hanya ditahan saja. Karena tidak ada uang untuk mem beli obat. Walaupun ada program Jamkesmas dari pemerintah, siapa yang akan mengantarkannya ke Puskesmas.
Selama berada di rumah nenek yang sudah uzur itu, seringkali keluar erangan kesakitan dari mulutnya. Sambil mendesis, nenek itu memegang kaki, dan dadanya. Rasanya kaki, dan dada ini mau pecah, walaupun sakit sudah menghunjam seluruh tubuh, namun tidak satupun keluarga tempat mengadu yang ia miliki.
Sejak 15 tahun belakangan, dirinya tidak kuat lagi mencari nafkah. Semenjak itu pulalah nenek ini menggantungkan hidupnnya dari belas kasihan tetangga, dan orang kampung. Terutama sekali Sarjenedi, 43, salah seorang tetangga dekat nenek itu.
Walaupun hidup Sarjenedi dapat pagi habis petang, namun dirinya merasa bertanggungjawab terhadap kehidupan nenek tersebut. Bahkan tiap pagi, sebelum berangkat kerja ke ladang orang, Sarjenedi selalu menyempatkan diri menengok, sambil mengantarkan nasi secukupnya untuk makan nenek tersebut.
Sepulang kerja giliran istrinya yang mengantarkan nasi. Begitulah yang dilakukan oleh keluarga Sarjenedi setiap hari. Bahkan anak-anaknya juga mendapat bagian untuk memantau nenek itu setiap saat, ketika pulang sekolah. Karena kita takut terjadi kemungkinan yang buruk, dengan melihat kondisi nenk yang sudah tua, dan sering sakit-sakitan.
Sarjenedi berharap kepada pemerintah setempat, supaya mendirikan panti jompo yang aktif di wilayah Dharmasraya. Pasalnya masih banyak nenek lain yang bernasib sama seperti nenek Isa ini, senut Sarjenedi.
(syaiful anif)



Tidak ada komentar:
Posting Komentar