الحَمْدُ
ِللهِ غَافِرِ الذَّنـْبِ وَ قَابِلِ التَّوْبِ شَدِيْدِ العِقَابِ ذِي
الطَّوْلِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ إِلَيْهِ اْلمَصِيْرُ. وَ أَشْهَدُ أَنْ
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، يُسَبِّحُ لَهُ مَا
فيِ
السَّموَاتِ وَ مَا فيِ الأَرْضِ، لَهُ المُلْكُ وَ لَهُ الحَمْدُ، وَ هُوَ عَلىَ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ، البَشِيْرُ النَّذِيْرُ، وَ السِّرَاجُ المُنِيْرُ،
صَلَوَاتُ اللهِ وَ سَلاَمُهُ عَلىَ هَذَا النَّبِيِّ الْكَرِيْمِ ، وَ عَلىَ آله وَصَحَابَتِهِ وَ الَّذِيْنَ آمَنُوْا بِهِ وَ عَزَّرُوْهُ وَ نَصَرُوْهُ وَ اتـَّبَعُوْا النُّوْرَ الَّذِي أُنْزِلَ مَعَهُ، وَ أَحْيِنَا
اللَّهُمَّ عَلىَ سُنَّتِهِ، وَ أَمِتْنَا عَلَى مِلَّتِهِ، وَ احْشُرْنَا فيِ زُمْرَتـِهِ، مَعَ الَّذِيْنَ أَنـْعَمْتَ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّيْنَ وَ الصِّدِّيْقِيْنَ وَ الشُّهَدَاءِ وَ الصَّالِحِيْنَ وَ حَسُنَ أُولَئِكَ
رَفِيْقًا.
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur’an) dan dirikanlah shalat. Seungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. ” (Q.S. Al ‘Ankabut : 45)
“Jika mereka bertaubat, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudara seagama.” (Q.S. At Taubah: 11)
اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ
اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ
السَّموَاتِ وَ مَا فيِ الأَرْضِ، لَهُ المُلْكُ وَ لَهُ الحَمْدُ، وَ هُوَ عَلىَ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ، البَشِيْرُ النَّذِيْرُ، وَ السِّرَاجُ المُنِيْرُ،
صَلَوَاتُ اللهِ وَ سَلاَمُهُ عَلىَ هَذَا النَّبِيِّ الْكَرِيْمِ ، وَ عَلىَ آله وَصَحَابَتِهِ وَ الَّذِيْنَ آمَنُوْا بِهِ وَ عَزَّرُوْهُ وَ نَصَرُوْهُ وَ اتـَّبَعُوْا النُّوْرَ الَّذِي أُنْزِلَ مَعَهُ، وَ أَحْيِنَا
اللَّهُمَّ عَلىَ سُنَّتِهِ، وَ أَمِتْنَا عَلَى مِلَّتِهِ، وَ احْشُرْنَا فيِ زُمْرَتـِهِ، مَعَ الَّذِيْنَ أَنـْعَمْتَ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّيْنَ وَ الصِّدِّيْقِيْنَ وَ الشُّهَدَاءِ وَ الصَّالِحِيْنَ وَ حَسُنَ أُولَئِكَ
رَفِيْقًا.
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur’an) dan dirikanlah shalat. Seungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. ” (Q.S. Al ‘Ankabut : 45)
Kemusliman seseorang bisa dilihat dari shalatnya.
Shalat sangat berperan dalam membentuk kepribadian seorang muslim. Jika
shalatnya baik lagi benar, dilakukan tepat waktu dan dengan hati yang
khusyu’ serta ikhlas Lillahi Ta’ala, Insya Allah shalat itu dapat
mencegahnya dari perbuatan yang dimurkai oleh Allah SWT.
Shalat
lima waktu adalah rangkaian perjalanan menghadap Tuhan, yang telah
diwajibkan Allah kepada hamba-Nya di dalam waktu yang berbeda, setiap
siang dan malam.
Di dalam shalat seorang mukmin
melepaskan dirinya dari segala urusan duniawi dan menumpahkan seluruh
pengabdian kepada Tuhannya dengan cara mengingat kebesaran-Nya,
bermunajat kepada-Nya, memohon pertolongan dan petunjuk dari-Nya.
Di
dalam shalat seorang menyerahkan diri sepenuhnya kepada perlindungan
Tuhan Yang Maha Pengasih, menghayati kebesaran-Nya yang mutlak,
menjadikan diri kita kecil di hadapan kebesaran-Nya dalam kehidupan
duniawi.
Al
Qur’an menyebutkan bahwa persaudaraan seiman dan seakidah dapat dinilai
dari tobat, zakat dan shalat yang ditegakkannya. Al Qur’an menjelaskan
bahwa orang yang bertaubat kemudian mau mengeluarkan zakat dan selalu mengerjakan shalat dengan sempurna adalah saudara se-agama. Sebagai yang ditegaskan dalam firman Allah SWT:“Jika mereka bertaubat, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudara seagama.” (Q.S. At Taubah: 11)
Shalat
lima waktu, apabila dikerjakan dengan penuh kesadaran dan keikhlasan
sesuai tuntunan yang telah ditetapkan akan berimplikasi positif kepada
pelakunya. Syaratnya berwudhu’ yang dilakukan sebelum shalat, pakaian
dan tempat yang bersih lagi suci dari najis adalah mendidik agar kita
mencintai kebersihan.
Di
samping kebersihan badan, pakaian dan tempat, yang lebih penting lagi
adalah kebersihan hati dari sifat riya’ atau semata mengharap penilaian
orang lain saja.
Maka, dari shalat dapat diambil dua manfaat dalam hidup yakni kecintaan dan kebersihan. Pertama kebersihan badan, pakaian dan lingkungan. Kedua adalah kebersihan hati dan kesucian jiwa, karena wudhu’ dapat membersihkan noda dan dosa yang pernah dilakukan oleh anggota badan.
Dengan usapan dan percikan air yang membasuh bagian anggota badan kita,
saat itu noda dan dosa berguguran seiring dengan cucuran air wudhu’
yang membasahinya.[1]
Shalat mendidik berdisiplin dan menghargai waktu. Shalat menanamkan sikap ksatria, yaitu sikap sedia dipimpin dan siap memimpin, menjadi imam memimpin makmum.اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ
اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar