Tidak tahan mendapat siksaan hampir setiap hari, seorang Tenaga Kerja Wanita (TKW) asal Padang Panjang, Sumbar, bernama Lidia, kabur dari rumah majikannya di Hongkong beberapa hari yang lalu. Lidia sendiri baru sampai di Jakarta, Kamis (29/12) malam
Anehnya, dalam kasus dugaan penganiayaan terhadap TKW ini, tidak dilakukan majikan Lidia, tapi oleh sesama TKW asal Indonesia, yang merasa tidak senang dengan kehadiran Lidia di rumah tersebut.
Kepada Singgalang Lidia mengaku ia baru bekerja di Hongkong satu bulan yang lalu, sebelumnya ia telah bekerja di Singapura.
“Yang menganiaya saya bukan majikan, tapi sesama TKW yang telah bekerja dirumah itu selama 11 tahun. Entah apa salah saya sehingga setiap hari ada saja kekerasan yang ia lakukan,” ujarnya dengan nada sedih.
Dijelaskannya, saat ia kabur dari rumah itu, ia pergi ke perwakilan Dompet Dhuafa di Hongkong untuk minta bantuan. Dari tempat itu, ia diantarkan ke Kedutaan Besar (Kedubes).
“Saya mendapat informasi bahwa ada lembaga Dompet Dhuafa di Hongkong, atas bantuan mereka saya dibawa ke KBRI untuk mengadu,” katanya.
Dari KBRI Lidia dipulangkan ke Indonesia, sedangkan kasus yang menimpanya tidak dilanjutkan ke ranah hukum.
Kisah Lidia semakin sedih setelah hasil kerjakerasnya selama satu bulan tidak membuahkan hasil, karena gaji yang seharusnya ia terima tidak diberikan sang majikan.
“Majikan saya tidak mau membayar karena saya kabur dari rumah, saat ini saya tidak punya uang,”lanjutnya.
Untuk rencana ke depan, Lidia mengaku tidak akan pulang ke kampung halaman, karena orangtuanya sudah meninggal. Tidak itu saja, Lidia juga mengaku tidak tahu akan kerja apa kalau di kampung halaman.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Migrant Institute Jakarta, Adi
Chandra Utama mengatakan, kasus yang menimpa TKI semakin bertambah dari tahun ke tahun. Untuk kasus yang menimpa Lidia, pihak Migrant Institute akan mencarikan jalan keluar.
“Saat ini biarkan Lidia menenangkan diri terlebih dahulu, apa rencananya kedepan akan kita coba bantu,” katanya



Tidak ada komentar:
Posting Komentar