RANAH MINANG

Mounting created Bloggif Mounting created Bloggif

Rabu, 04 Januari 2012

Berita Singgalang | Feature IBU-IBU TANGGUH (1) Angok Digadaian, Asa Anak Lai Sikola Tanggal 19 December 2011

Pabialah den gadaian angok den, asa anak lai sikolah,” katanya ketika ditemui tim survei program “Ibu Tangguh Sang Inspirator,” Dompet Dhuafa Singgalang, Senin (12/11). Ucapan itu mantap sekaligus menggambarkan, betapa tangguhnya sang ibu. Rasa hormat kita pada mereka, tak bisa diucapkan dengan cara apapun.
Ketiga anaknya memiliki cita-cita yang tinggi-tinggi, ada yang mau jadi dokter, ahli olah vocal. Meski sebenarnya kecut juga nyalinya membayangkan cita-cita dokter anaknya, namun Nurmima tetap optimis.
“Jalan Tuhan telah ada, saya tinggal berusaha,” ujarnya tersenyum mantap.
Matanya kemudian berjelaga ketika kemudian melanjutkan kisah pahitnya gagal berumah tangga. Tanpa sebab yang pasti, sang suami yang ketika itu menjabat lurah, pergi meninggalkan dia dan tiga anaknya yang ketika itu masih kecil-kecil. Si kembar barulah berumur 3 bulan.
Mereka pun kemudian bercerai, dan sepanjang itu, sang suami tak pernah memberikan sepeserpun hak dari buah hati yang kini ditinggal pergi. Nurmima bukanlah wanita lemah, dia menghidupi tiga anak, bahkan ibu kandungnya yang tinggal bersamanya menjalani hari tua. Sendiri dia mencari nafkah, dari hasil menjual ikan.
Sebenarnya menjual ikan ini memang sudah dilakoninya sejak anak sulungnya, Dayat, berumur 3 bulan. Namun kala itu masih untuk senang-senang saja. Sekadar menyalurkan keinginan wirausahanya yang memang sudah ada sejak muda. Namun setelah suaminya yang seorang lurah itu meninggalkannya, dia menjadikan jual ikan sebagai mata pencahariannya.
Kalau dulu menjual ikan di rumah saja, sejak ditinggal suami, dia mulai jual ikan keliling. Satu katanya, demi anak-anak.
“Masa depan saya ya sampai di sini, tapi masa depan anak-anak masih panjang,” ujarnya lagi.
Dia mendapatkan kepercayaan dari seorang juragan ikan untuk mejual ikan miliknya. Uangnya boleh dibayar setelah ikan-ikan laku terjual. “Berjualan tanpa modallah,” katanya.
Dalam sehari Nurmima bisa menjual 15-25 kg ikan, kalau sedang berezeki bisa sampai 30 kg. Kalau hanya berharap dari jual ikan mentah saja, tentu tidak akan cukup. Sungguh kebutuhan masih sangat banyak. Anak sulungnya, Dayat, sebentar lagi akan masuk SMA, sedangkan Desi juga baru akan masuk SMP.
Nurmima kemudian berpikir bagaimana caranya untuk mendapatkan pendapatan lebih.
Setelah berjualan keliling keliling dan ikannya tak habis, siang hari dia lanjutkan dengan memasak ikan-ikan tersebut.
“Dari pada dikembalikan ke juragan, lebih baik saya jual masaknya saja,” papar Nurmima.
Di menuturkan kalau ingin lebih maju dalam usahanya kini. Jualan keliling yang dilakukannya selama ini terasa begitu menguras tenaga. Maklumlah, usianya terus bertambah, sementara tuntutan kebutuhan juga terus menekan.Lega hatinya ketika dia dimasukkan Dompet Dhuafa Singgalang ke salah satu daftar calon “Ibu Tangguh Sang Inspirator Tahun 2012”.
“Dengan adanya bantuan usaha, saya bisa lebih panjang melangkah,” harapnya. (*)

Tidak ada komentar: