RANAH MINANG

Mounting created Bloggif Mounting created Bloggif

Senin, 23 April 2012

GANDORIAH,KAU MENGINGATKAN MASA KECILKU,,AKU AKAN KEMBALI UNTUKMU

Pantai gandoriah, Pantai berpasir putih yang mendatangkan cerita berbeda jika berkunjung ke sana. Lukisan alam nan rancak berpadu dengan keramah tamahan warga lokal. Selingan pekik bocah bermain lidah ombak memecah suasana. Pohon pinus yang melambai membuat kenangan lepas, pikiran seolah ditarik, menjejeri jengkal demi jengkal birunya Samudera Hindia. Lepas pandangan mata tertumbuk di Pulau Angsa Dua. Keindahan yang terletak di Kota Pariaman, pantai gandoriah memang mempesona. Itulah tempat terpilih para Blogger untuk menggali inspirasi, mengangkat wisata Sumbar di dunia maya.
Lepas dari keindahan pantainya, Jejeran pedagang Sala Lauak (penganan bulat yang terbuat dari campuran tepung dan ikan serta berbagai bumbu tradisional) dan Kepiting Goreng bersebelah-belahan dengan pedagang nasi Kapalo ikan Capa. Jejeran kuliner yang akan membuat selera semakin menjadi. Tak cukup rasanya melepas hasrat jika hanya meneguk air ludah, begitu menggugah dan memaksa kita untuk duduk sejenak di lapak-lapak yang disediakan pedagang. Nikmati air kelapa muda plus nasi sek yang mengepul dengan kapalo ikan capa serta sala lauk, barulah hasrat kuliner tertuntaskan. Spesial nasi Sek, dinamakan begitu karena perbungkusnya hanya berharga Rp.1000!
Berbicara Pariaman dan Gandoriah, tentu kurang rasanya kalau tidak menyebut-nyebut Tabuik. Ya, pesta rakyat Pariaman yang dilaksanakan setiap tanggal 1 Muharam. Festival Tabuik ini telah dimulai pada tahun 1824. Ketika itu, pelaksanaan pertamanya diprakarsai para pedagang Islam beraliran syiah yang datang dari berbagai daerah dan negara, seperti Aceh, Bengkulu, Arab dan India. Karena tidak ada penolakan terhadap tradisi tersebut oleh masyarakat Pariaman, kemudian perayaan Tabuik itu dilaksanakan setiap tahun.
Pesta Tabuik ini, dulu dikenal sebagai ritual tolak bala, yang diselenggarakan setiap tanggal 1-10 Muharram . Tabuik dilukiskan sebagai Bouraq‘, biatang berbentuk kuda bersayap, berbadan tegap, berkepala manusia (wanita cantik), yang dipercaya telah membawa arwah (souls of the) Hasan dan Husein ke surga. Dengan dua peti jenazah yang berumbul-umbul seperti payung mahkota, tabuik tersebut memiliki tinggi antara 10-15 meter.
Puncak Pesta Tabuik adalah bertemunya Tabuik Pasa dan Tabuik Subarang. Kedua tabuik itu dihoyak dengan ditingkahi alat musik tambur dan gendang tasa. Petang hari kedua tabuik ini digotong menuju Pantai Gondoriah, dan menjelang matahari terbenam, kedua tabuik dibuang ke laut. Dikisahkan, setelah tabuik dibuang ke laut, saat itulah kendaraan bouraq membawa segala arak-arakan terbang ke langit (surga).
Sebagaimana pesta rakyat, maka Pesta Tabuik berlangsung sangat meriah. Biasanya juga diramaikan dengan sejumlah pentas kesenian oleh anak nagari, seperti tari-tarian hingga debus ala Minang.

Tidak ada komentar: