RANAH MINANG

Mounting created Bloggif Mounting created Bloggif

Senin, 14 Mei 2012

Ratok Bundo Kanduang di Era Modern

oleh rina pili

 Janlah dituruikkan gaya urang barat tu nak, janlah mambukakan badan anak bundo yang rancak tu. Lam poklah jo baju nan batuah-batuah manutuik badan, gaya yang model itu ndak punyo kito do nak, awak urang minang, urang yang tau ba agamo. Dangakanlah dan rasokanlah ratok bundo ko anak kandungan oi.”

TAK mungkin kalau tidak ada sebab bundo kandungan maratok, berarti ada yang menyinggung hati dan pera saanya tanpa disengaja. Ratok bundo tentu mengenai anak-anaknya, jika hati bundo lah ta ibo, ini pertanda ada anak yang melakukan kesalahan
Mempunyai anak gadih bagi suku minang, sama seperti mempunyai segudang berlian. Keberadaan anak gadih menjadi sosok yang sangat penting untuk dijaga. Mulai dari mendidik akh laknya, supaya menjadi anak gadih yang patuh dan taat kepada agama dan adat istiadat, sehingga memiliki rasa sopan dan santun, baik dari segi pakaian maupun dari pergaulan dan perkataan nya.
Namun dari kenyataan yang ada, semua hal menge nai anak gadih minang, jika dilihat di zaman saat ini. Anak gadih minang tidak lagi seperti anak gadih minang yang sesungguhnya. Karena bagi para wanita sekarang, yang terpenting itu penam pilan dan penampilan. Tidak peduli apakah itu baik untuk agama, dan tidak peduli mengenai aturan dan ke biasaan adat istiadat.
Seorang wanita di suku Minang, posisinya sangat dihargai dan dihormati. Itu semua dikarenakan wanita itu tahu jati dirinya dan tahu agamanya dan adat istiadat nya. Tetapi apakah masih ada wanita yang dikatakan bundo kanduang itu, jika dilihat para wanita saat ini. Nampaknya akan sulit me ngatakan masih ada wanita yang berjiwa bundo kan duang. Jika itupun ada, mungkin sama saja mencari jarum yang terbenam di dasar laut yang sangat da lam.
Dan jika ingin melakukan perubahan terhadap anak gadih minang saat ini, su paya mereka memilki jiwa seorang gadis minang, dan betul-betul menjadi anak gadih minang yang sesung guhnya. Mulai dari sikap dan tingkahlaku, hingga menjadi wanita yang berakhlak baik. Ini tentunya akan menjadi tantangan yang sangat besar, semua hal itu bisa saja ditinjau dari pengaruh dari luar, seperti cara berpakaian dan cara pergaulan.
Sebenarnya budaya dari luarlah yang telah menyerap ke daerah kita ini. Dan pengaruh ini ada yang lang sung datang ke diri sese orang dan ada yang lewat media, seperti menonton televise, ada sinetron, dan lain-lain. Dari sinilah pola pikir masyarakat minang jadi beru bah dan ingin mela kukan hal yang sama di daerah luar sana, dan ingin melakukan perubahan. Kata orang kebanyakkan, “Biar tidak ketinggalan zaman.” Dengan kata-kata seperti itulah para wanita sekarang ingin melakukan sesuatu hal yang membuat ia merasa senang dan bangga atas apa yang telah ia miliki dan ia lakukan. Sehingga melu pakan jati dirinya. Siapa kita, dan dimana saat ini kita berdiri. Di tanah mi nangkah atau ditanah orang berkulit putih itu?
Inilah yang membuat bundo kanduang maratok, melihat anak gadih minang berlagak orang barat. “Ta ibo hati bondo mancaliek anak bundo yang galak manih sambie mampamerkan sa tangah tubuahnyo, ta sirok darah bundo, mancaleik anak bundo ketek-ketek pa ruiknyolah gadang.”
Dan beberapa waktu lalu, ada seorang wanita yang menari telanjang, dan be berapa waktu yang lalu, ada video anak sekolah yang melakukan hubungan suami istri, dan beberapa waktu yang lalu, ada sepasang kekasih yang melakukan hubungan suami istri di WC Masjid. “Malu bundo nak kanduang.” Tantangan bagi budaya minang tentang ke biasaan masyarakat Minang kabau di era modern. Adat istiadat tinggal adat istiadat, agama tinggal agama, dan kata-kata “Adat Basandi Sa rak. Saraka Basanadi Kita bullah.” Tinggal kata-kata saja. Dan “Alam takambang manjadi guru” berubah men jadi “TV dipa sang menjadi guru.”

Tidak ada komentar: