RANAH MINANG

Mounting created Bloggif Mounting created Bloggif

Kamis, 04 Oktober 2012

MINANGKABAU SESUDAH ISLAM MASUK

oleh:Rina Pili


MINANGKABAU SESUDAH ISLAM MASUK
assalam mu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.
salamaik malam niniak mamak nan cadiak pandai
salamaik malam dunsanak kasadonyo
smoga sehat wal afiaat kasadonyo..aammiinn yarabball allamiinn

=========================================
Mengenai persyaratan adanya suatu nagari sebelum kedatangan Islam, menurut adat, adanya suku yang empat, balai, gelanggang, lebuh, tepian, sawah, ladang, pendam pekuburan. Dengan masuknya Islam, persyaratan itu menjadi bertambah yaitu adanya bangunan Masjid.Di samping itu, gelanggang disyaratkan tidak digunakan untuk kegiatan yang bertentangan dengan agama Islam. Dengan demikian, masjid menduduki tempat yang penting dalam struktur sosial dan keagamaan masyarakat Minangkabau. Begitu pula bentuk bangunan sejenis masjid yang mempunyai ukuran lebih kecil darinya yang disebut surau memainkan peranan signifikan dalam masyarakat Minangkabau.

Surau dalam sistem adat Minangkabau adalah kepunyaan kaum, suku atau indu. Dengan masuknya Islam, surau mengalami proses Islamisasi dari fungsi sebelumnya untuk tempat berkumpul, berapat dan tempat tidur anak laki-laki yang telah baliqh dan orang tua yang telah uzur. Fungsinya sebagai tempat penginapan anak-anak bujang tetap dipertahankan, kemudian diperluas menjadi tempat pengajaran serta pengembangan agama Islam; seperti tempat sholat, tempat belajar membaca al-Qur’an.Pembentukkan tradisi hukum Islam yang berkaitan dengan bidang sosial (muamalah) mengalami perbenturan dengan hukum adat.

Dalam konteks ini, Hooker mengatakan bahwa hukum Islam diakui oleh hukum adat asalkan tidak bertentangan dalam soal-soal hukum keluarga. Perkara biasa seperti pertunangan, pernikahan dan perceraian, penjagaaan anak dan warisan adalah hal yang berbeda antara hukum Islam dan hukum adat di Minangkabau. Perbedaan yang sangat menonjol adalah dalam persoalan warisan, di mana Islam memberikan hak warisan kepada anak laki-laki dan perempuan dari orang yang meninggal, sedangkan adat Minangkabau memberikan hak tersebut hanya kepada anak-anak perempuan dari saudara perempuan yang meninggal. Hal ini menyebabkan terjadinya konflik antara hukum Islam dan hukum adat.


Terkait dengan adaik kito urang Minang, apo batua patatah adaik Minang yang
"indak lapuak dek paneh, indak lakang dek hujan" tu kan bisa bertahan??

Sapanjang pancaliakan ambo,pandangan jauah lah dilayangkan,,pandangan dakek lah ditukiak kan ado kecendrungan kasat mato, bahwa adaik minang tu
mulai mengalami degradasi. Kalaupun Minang masih terlihat "syiaa'r"nyo, itu
hanyo dalam acara adaik formal yang sifatnyo seremonial. Samacam wakatu acara
baralek, melewakan gala, dan kegiatan sejenis.dll nyo

Jadi kalau sabalunnyo dari sanak yang lain, batanyo, "kama arah ka dituju orang Minang?" Kalau ambo bapandapek, jawbannyo indak usah terlalau panjang
baputa2, sederhana sajo, tujuan kito orang Minang tak lain tak bukan, menjadi urang Islam nan sabanyo, mancari redho Allah, dan mati dalam keadaan Muslim.
Yang ambo pahami tentang substansi ABS-SBK itu seperti itu.

Baa manuruik ninik mamak cadiak pandai dan alim ulama,,sarato dunsanak ka sadonyo,, tentang posting ambo ko?????
Luruihan kalau jalan ambo bengkok. Tunjukkan ambo ka yang bana kalau ambo salah.
tarimokasih sabalum nyo sanak ambo
WASSALAM RINA pili

Tidak ada komentar: