RANAH MINANG

Mounting created Bloggif Mounting created Bloggif

Rabu, 13 Maret 2013

Tuanku Rao ( ……- 1830)

Murid Tuanku Imam yang terkenal bergelar Fakih Muhammad, seorang pemuda yang berasal dari Padang Mattinggi, Rao (Naskah Tuanku Imam Bonjol, tulisan Naali Sutan Caniago ). Ayahnya berasal dari Huta na Godang.
Dalam tradisi Batak, Tuanku Rao adalah kemenakan dari Singamaraja X yang menguasai daerah Bangkara Toba. Nama kecilnya Pongki na Ngolngolan Ia belajar di Koto Tuo sampai mencapai gelar Fakih Muhammad. Kemudian ia belajar di Bonjol dengan Tuanku Imam.
Setelah menyelesaikan pengajiannya di Bonjol, Fakih Muhammad diiringkan oleh Tuanku Nan Barampek berangkat ke Rao. Kedatangan rombongan mulanya disambut dengan perang. Kemudian orang Rao dapat dikejar sampai ke Langsek Kodok. Dalam peperangan ini Rajo Dubalang Rao kena tembak, sehingga mereka berdamai.
Yang Pituan Padang Unang berjanji akan menjalankan hukum syarak di nagari Rao dan akan menanam imam dan khatib. Tuanku nan Barampek dijemput Datuk Manjunjung Alam dari Padang Mattinggi untuk meresmikan Pakih Muhammad menjadi Imam Besar di nagari Rao dan bergelar Tuanku Rao yang disetujui Yang Dipertuan Padang Nunang dan penghulu Nan Lima Belas.
Semenjak itu Fakih Muhammad lebih dikenal sebagai Tuanku Rao. Ia dibantu kemenakannya, Bagindo Suman, sebagai kepala hulubalang.
Selama Perang Agama (1807 -1812) di Bonjol, Tuanku Rao ikut membantu Tuanku Imam Bonjol bersama Tuanku Mudo dan hulubalang meluaskan pembaruan ke daerah sekitarnya Rao sampai ke Rambah Kapanuhan dan ke Rokan, sehingga jalan dagang terbuka melalui Barumum.
Gerakan pembaruan ke kawasan Mandahiling Julu dan Mandahiling Godang semenjak tahun 1820 dapat diawasi Tuanku Rao dibantu oleh Raja Alam Pakantan dan Tuanku Natal. Daerah ini menghasilkan emas dan penduduknya berdagang melalui pelabuhan Natal.
Gerakan pembaruan ke timur menuju Rokan dilanjutkan sampai ke Barumun, Rambah Kapanuhan, Kota Pinang dan Tanah Tumbuh. oleh Tuanku Tambusai, menantu Tuanku Rao, sehingga kawasan Batang Barumun dan Sosa, daerah penghasil emas dan jalur perdagang ke Kota Pinang dan Pedir dapat diawasi oleh Tuanku Tambusai.
Tuanku Rao bersama hulubalang Tuanku Imam meluaskan pembaruan ke negeri Mahek, Kuok, Bangkinang sampai Salo dan Air Tiris. Di tempat itu disusun pemerintahan agama seperti menanam imam, khatib dan kadhi.
Dua orang utusan Tuanku Natal, Tuanku Di Danau Air dan Tuanku Diukur melaporkannya kepada Tuanku Imam Bonjol. Untuk menghadapinya, Tuanku Imam menugaskan Tuanku Rao dan Bagindo Suman membantu Tuanku Natal menyerang kedudukan Belanda. Pertempuran ini mendapat bantuan kapal-kapal Trumon dari Aceh.
Pelabuhan Natal dikepung 10.000 orang pasukan Rao Mandahiling selama 12 hari. Pasukan Rao dipimpinan Bagindo Suman menarik diri setelah perahu Saidi Marah kena tembakan kapal Nakhoda Langkap, sekutu Belanda.
Ketika serangan ke Air Bangis, Tuanku Rao meninggal dunia (1830).

Tidak ada komentar: