Doa itu sangat penting dalam kehidupan.
عَنْ
عَلِىِّ بن أَبِي طَالِبِ رَضِىَ الله عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ، قال رسول
الله ص.م: الدُّعَاءُ سِلاَحُ المُؤْمِنِ وَ عِمَادُ الدِّيْنِ وَ نُوْرَ
السَّمَاوَاتِ وَ اْلأَرْضِ
"Dari
Ali bin Abi Thalib r.a. bahwasanya Rasulullah SAW bersabda : Doa adalah
senjata orang mukmin, tiang agama dan cahaya langit dan bumi." (HR. Al Hakim)
Doa dalam istilah agama adalah permohonan seorang hamba kepada Tuhannya. Di antara rukun doa
adalah harus ada pemohon, yaitu hamba. Kemudian ada Dzat yang
mengabulkan permohonan dari hamba, yaitu Allah SWT, dan selanjutnya
adalah permohonan itu sendiri, yaitu sesuatu yang diminta oleh pemohon.
Imam At Thiby mengatakan bahwa dengan doa menampakkan kerendahan diri
dalam keadaan tidak berdaya dan tiada berkekuatan kepada siapa doa itu
di arahkan dan kemudian mengatakan hajat, keperluan, dengan ketundukan
kepada yang mmempu mengabukan doa itu, yakni Allah SWT. Doa adalah
sarana penting bagi manusia untuk bermohon kepada kekuatan yang Maha
Tinggi dan Maha Kuat.
Doa
adalah pengakuan akan kelemahan makhluk manusia di hadapan Khaliqnya.
Dengan doa segala perasaan tercurahkan sehingga terjalinlah hubungan
langsung antara Allah dengan hamba-Nya. Boleh dikatakan hampir setiap
orang mengenal doa, dan sering melakukannya. Bahkan seorang pendurhaka
sekalipun ketika dalam kesusahan juga memohon dengan berdoa kepada Allah
SWT.
Setiap
manusia di dalam kesusahan selalu berlindung kepada Allah SWT. Allah
selalu melindunginya dari bahaya atau kesusahan. Namun, kebanyakan
manusia setelah selamat melupakan pertolongan dari Allah itu. Hal itu
terjadi banyak ditentukan oleh kadar iman kepada Allah SWT.
Doa adalah sebuah pengakuan dari seseorang akan kelemahannya. Seseorang yang enggan berdoa, masuk kepada golongan sombong
yang merasa bahwa dirinya memiliki kekuasaan dalam memenuhi semua hajat
dan keinginannya tanpa memohon bantuan kepada Khalik. Inilah manusia
yang melampaui batas lantaran mereka melihat dirinya serba berkecukupan.
Allah SWT berfirman:
"Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas karena dia melihat dirinya serba cukup." (Q.S Al 'Alaq: 6-7)
Kebanyakan
manusia, ketika senang dan mendapat nikmat, seringkali lupa dengan
sumber nikmat itu. Tetapi di kala musibah menimpa, kesusahan membelit
kehidupan, mulailah ia merunduk meratakan dahi menghiba-hiba memohon
perlindungan ke haribaan Tuhannya. Ketika itu, mereka selalu bermunajat,
berharap, memohon, dan merintih kepada Tuhannya.
"Dan
apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan
menjauhkan diri, tetapi apabila ia ditimpa malapetaka maka ia banyak
berdoa." (Q.S Fusshilat: 51)
Semestinya bermunajat kepada Allah, adalah bagian dari upaya mendekatkan dirinya kepada Allah atau taqarrub kepada Allah yang
diutamakan. Dengan berdoa, seseorang berkomunikasi langsung dengan
Khaliq, Sang Penciptanya. Di saat berdoa, di dalam diri lahir suatu
keyakinan bahwa Allah SWT Maha Mendengar, Maha Mengetahui dan Maha atas
segalanya.
Dengan
keyakinan itu, timbul dorongan meningkatkan amal ibadah shaleh. Inilah
semestinya tujuan utama dari doa. Terkabulnya doa bukan semata-mata
karena tangisan sesaat di kala munajat. Terkabulnya doa ada syarat
menyertainya. Di antaranya didahului penyucian diri (tashfiyatul qalbi wa tazkiyatun nafsiy) sehingga diri jauh dari apa yang dimurkai Allah dan diri mendekat kepada ridha Allah.
Abu Ishaq – Ibrahim bim Adham bin Manshur (161 H/778 M) seorang sufi kelahiran Balkh, Khurasan pernah ditanya seseorang dari Basrah, "Mengapa doa kami tidak dikabulkan, padahal Allah telah berfirman: "Berdoalah kepada-Ku niscaya akan Aku perkenankan bagimu."? Ibrahim bin Adham menjawab: "Karena hati kalian telah mati." Ditanyakan lagi : "Apa yang bisa mematikannya?" Ibrahim bin Adham menjawab, "Delapan hal:
1. Kamu tahu hak Allah, tetapi tidak melaksanakan hak-Nya,
2. Kamu baca Al Qur'an, tetapi tidak mau amalkan hukum-hukum-Nya,
3. Kamu katakan cinta Rasulullah SAW, tetapi tidak mau melaksanakan Sunnahnya, (bahkan tidak mau bersalawat)
4. Kamu katakan takut mati, tetapi tidak pernah bersiap diri untuk menghadapinya,
5.
Kamu baca firman Allah: "Sesungguhnya syetan itu adalah musuh bagimu,
maka jadikanlah ia musuhmu." (Q.S. Fathir: 6), tetapi kamu dukung
syaithan dengan senang berbuat maksiat,
6. Kamu katakan takut neraka, tetapi kamu campakkan jasad kalian ke dalamnya,
7. Kamu katakan cinta surga, tetapi tidak bersungguh hati berusaha untuk mendapatkannya,
8.
Apabila kamu berdiri di hamparan kehidupanmu, maka kamu lemparkan
aib-aib kamu di belakang punggung kalian, dan kalian gelar aib-aib orang
lain di hadapan kalian
…….. lalu dengan demikian kalian membuat Tuhan kalian murka, maka bagaimana mungkin Dia mengabulkan doa kalian?"
Sebelum
bermunajat menutur doa ke hadirat Ilahi, alangkah bijaksananya periksa
dulu prilaku diri … murka Allah haruslah dihindari, sehingga doa
terkabulkan dan amal pun diridhai ….Ingatlah selalu Firman Allah dalam QS.2 Al Baqarah ayat 186. Maka kita masuki kehidupan kita kapan saja dengan menyelam ke lubuk hati kita masing-masing.
Hidup yang baik bermodalkan Tauhid, dan berhias istighfar dan doa.
Mari
kita agungkan Asma Allah, agar kita tidak menjadi golongan yang
melupakan Allah, supaya kita tidak terjerembab kedalam kehidupan ummat yang lupa diri.
وَلآ تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ أُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
Dan
janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah
menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah
orang-orang yang fasik. (QS.59, Al Hasyr :19).
اللَّهُمَّ
اصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَ اصْلِحْ
لَنَا دُنْيَانَا الَّتيِ فِيْهَا مَعَاشِنَا، وَ اصْلِحْ لَنَا آخِرَتِنَا
الَّتيِ إِلَيْهَا مَعَادُنَا، وَ اجْعَلِ اْلحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فيِ
كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ المَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ سَرٍ،
اللَّهُمَّ
اجْعَلْ يَوْمَنَا خَيْرًا ِمنْ أَمْسِنَا، وَ اجْعَلْ غَدَنَا خَيْرًا
ِمْن يَوْمِنَا، وَ احْسِنْ عَاقِبَتَنَا فيِ الأُمُوْرِ كُلِّهَا، وَ
أَجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَ عَذَابِ الآخِرَةِ، اللَّهُمَّ إِنَّا
نَسْأَلُكَ اْلعَفْوَ وَ العَافِيَةَ فيِ دِيْنِنَا وَ دُنْيَاناَ وَ
أَهْلِيْنَا وَ أَمْوَالِنَا،
اللَّهُمَّ
اسْتُرْ عَوْرَاتـِنَا، وَ آمِنَ رَوْعَاتـِنَا، وَ احْفَظْنَا مِنْ
بَـيْنِ أَيْدِيْنَا مِنْ خَلْفِنَا، وَ عَنْ أَيـْمَانِنَا وَ عَنْ
شـَمَائِلِنَا وَ مِنْ فَوْقِنَا، وَ نـَعُوْذُ بِعَظَمِتِكَ أَنْ
نُغْتَالَ مِنْ تَحْتِنَا، اللَّهُمَّ أَكْرِمْنَا وَلاَ ُتِهنَّا، وَ
اعْطِنَا وَلاَ تَحْرِمْنَا، وَزِدْنَا وَلاَ تَنْقُصْنَا، وَ آثِرْنَا
وَلاَ تُـؤْثِرْ عَلَيْنَا، وَارْضِ عَنَّا وَارْضِنَا. رَبَّنَا
اغْفِرْلَنَا وَِلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيـْـمَانِ
وَلاَ تَجْعَلْ فيِ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا رَبَّنَا
إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَحِيْمٌ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar