RANAH MINANG

Mounting created Bloggif Mounting created Bloggif

Kamis, 26 Januari 2012

Sederhana Dalam Membelanjakan Harta

Sederhana Dalam Membelanjakan Harta

“Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkan karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.” (Q.S. Al Israa’: 29)

Sifat Ibadurrahman yang Kelima: Sederhana dalam membelanjakan harta.

Islam mengajarkan sikap pertengahan (sederhana) dalam segala perkara, termasuk dalam hal membelanjakan harta yang dimiliki. Yaitu tidak berlebihan dan tidak pula kikir.

Tidak ada salahnya Ibadurrahman memiliki harta. Toh harta dalam pandangan Islam merupakan karunia Ilahi yang diusahakan manusia dan nikmat yang harus disyukuri dan juga merupakan amanat yang harus dipelihara. Bagi Ibadurrahman, harta adalah karunia Allah yang diserahkan dan dipercayakan kepada manusia untuk mengurus dan mengembangkannya.

Allah SWT telah memberikan petunjuk dalam hal yang berhubungan dengan harta. Yang berkaitan dengan cara mendapatkannya (yaitu harus dengan cara yang halal sesuai dengan apa yang telah disyari’atkan), cara mengembangkan nya, cara membelanjakannya, dan cara menyalurkannya. Boleh jadi manusia berusaha mengumpulkan harta dari cara-cara yang halal. Tapi setelah itu dia menjadi kikir untuk memenuhi haknya, bakhil membelanjakannya untuk hal-hal yang disukai dan diridhai Allah atau sebaliknya, dia menghambur-hamburkannya kesana kemari tanpa ada manfaat apapun.

Jika seseorang hidup sederhana, tidak bakhil dan tidak kikir, tidak boros dan berlebih-lebihan, maka itu merupakan dalil (pertanda) kedalaman pengetahuan dan cahaya ilmunya. Dia berjalan di tengah, dan sebaik-baik urusan adalah pertengahannya. Islam menuntut ummatnya untuk menafkahkan sebagian dari harta mereka, dan tidak menuntut mereka menafkahkan semua harta yang di miliki. Ketika Allah mewajibkan manusia untuk mengeluarkan zakat, maka zakat yang dikeluarkan itu hanya beberapa persen dari harta yang dimiliki, dan tidak membebankan mereka dengan jumlah yang terlalu banyak.

Ibadurrahman sangat jauh dari sifat kikir dan bakhil, mereka adalah hamba-hamba Allah yang dermawan, namun tidak boros dalam membelanjakan hartanya. Orang kikir yang begitu erat menggenggam hartanya, bak kata pepatah, “Laksana air dalam genggaman, tak setetespun yang mengalir.” Adalah orang-orang yang sangat dimurkai Allah. Ia meyakini harta yang ada padanya mutlak miliknya karena diperoleh dari usahanya sendiri, sehingga ia lupa kewajiban yang telah diperintahkan Allah kepadanya dengan hartanya itu. Ia enggan membelanjakan sebagian hartanya fisabilillah dengan berinfaq, bersedekah, bahkan mereka enggan mengeluarkan zakat. Allah SWT mengancam mereka yang bakhil dan kikir dengan azab api neraka yang dahsyat. Sebagaimana firman Allah dalam surat At Taubah ayat 34-35:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِنَّ كَثِيرًا مِنَ اْلأَحْبَارِ وَالرُّهْبَانِ لَيَأْكُلُونَ أَمْوَالَ النَّاسِ بِالْبَاطِلِ وَيَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلاَ يُنْفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ (34) يَوْمَ يُحْمَى عَلَيْهَا فِي نَارِ جَهَنَّمَ فَتُكْوَى بِهَا جِبَاهُهُمْ وَجُنُوبُهُمْ وَظُهُورُهُمْ هَذَا مَا كَنَزْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ فَذُوقُوا مَا كُنْتُمْ تَكْنِزُونَ (35)

“…. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya di jalan Allah (fi sabilillah), maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih, pada hari dipanaskan emas perak itu dalam beraka jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung merela (lalu dikatakan) kepada mereka; “Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu dimpan itu.”

Rasullah SAW juga memperingatkan ummatnya agar menjauhi sifat kikir karen sifat kikir mengakibatkan manusia saling benci, putus hubungan kekeluargaan dan persaudaraan, timbul kesenjangan, jurang pemisah antara si miskin dan si kaya, bahkan bisa terjadi saling menumpahkan darah.

1 komentar:

Rubi Dimho mengatakan...

Allah SWT telah menggambarkan kepada kita tentang suatu masyarakat yang kehidupannya penuh dengan persaudaraan dan kasih sayang di antara mereka. Solidaritas mereka begitu tinggi, yang kaya memperhatikan yang miskin, dan yang mampu dan kuat membantu yang lemah. Itulah masyarakat Madinah yang dibangun oleh Rasulullah SAW dan begitulah gambaran ikatan persaudaraan antara kaun Anshar dan Muhajirin. Mereka adalah orang-orang yang jauh dari sifat kikir dan mereka itulah orang-orang yang mendapatkan keberuntungan dari Allah SWT.

Disamping tidak kikir, Ibadurrahman sangat dermawan, katakanlah bahwa mereka sangat “hobby” dalam berinfaq di jalan Allah, dan mereka tidak berlebih-lebihan dalam menafkahkan hartanya kepada orang lain, meskipun sebenarnya tidak ada istilah berlebih-lebihan dalam kebaikan. Artinya mereka tiada membelanjakannya dalam kedurhakaan kepada Allah. Ibadurrahman sangat yakin bahwa setiap harta yang ia nafkahkan di jalan Allah, maka Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik dan yang lebih banyak, tidak ia rasakan di dunia, namun balasannya pasti ia nikmati di akhirat kelak.

Sebagai penutup, marilah kita hayati dan renungkan firman Allah dalam hadits Qudsi berikut ini yang diriwayatkan oleh Imam Baihaqi yang bersumber dari Abu Hurairah r.a:

“Wahai anak Adam! Jika engkau mendermakan kelebihan hartamu, maka kebaikanlah bagimu. Tetapi sekiranya engkau menggenggamkan tanganmu (karena kikir), maka keburukanlah bagimu. Engkau tidak akan dicela (oleh Allah) atas kehidupan yang pas-pasan (tidak berkelebihan tapi qana’ah – selalu puas dengan apa yang ada), dan mulailah (menafkahkan harta) dengan orang yang engkau tanggung (dengan memberikan nafkah belanja seadanya). Dan tangan di atas (memberi) lebih baik dari tangan di bawah (meminta).”