RANAH MINANG

Mounting created Bloggif Mounting created Bloggif

Selasa, 20 Maret 2012

Warga Dilarang Bermukim di Zona Merah

Agar terhindar dari bencana abrasi pantai, warga dilarang tinggal dan membangun rumah di zona rawan bencana.
Hal itu disampaikan Di­rek­tur Tanggap Darurat BNPB Pusat Harmensyah, saat mengungunjungi korban abrasi pantai di Sasak, Minggu lalu, di Jorong Pondok Sasak Kecamatan Sasak Ranah Pasisie Pasaman Barat.
“Warga dilarang tinggal di zona merah rawan bencana, karena itu membahayakan sekali bagi keselamatan jiwa. Oleh karena itu diminta kepa­da masyarakat dan ninik mamak mencari lokasi per­muki­man yang aman dari ancaman abrasi pantai,” sebut Harmensyah.
Dia juga menjelaskan, korban abrasi pantai di Jorong Pondok Kecamatan  Sasak Pasaman Barat diberi ban­tuan. Rumah warga yang ambruk diterjang ombak beberapa waktu lalu, akan dibantu BNPB Pusat maksi­mal Rp25 juta/kk.
Saat ini masih dalam pendataan oleh BPBD Pasbar bersama aparat pemerintah kecamatan setempat.
Harmensyah menyebutkan, bencana alam yang terjadi di Jorong Pondok, Kenagarian Sasak, Kecamatan Sasak Ranah Pasisie, Kabupaten Pasaman Barat (Pasbar) belum lama ini akan dibantu sesuai dengan data yang dihimpun pemerintah daerah, dan saat ini masih melakukan verifikasi langsung ke la­pangan.
“Saat ini pemerintah dae­rah masih melakukan verifi­kasi jumlah infrasruktur yang rusak. Kita sudah terima data dari BPBD Pasbar. Data terakhir rumah yang rusak akibat abrasi atau hantaman ombak besar itu ada sekitar 142 unit. Menyusul masuknya data itu, kita langsung menin­jau  ke lokasi ini,” kata Har­men­syah kepada Haluan di sela-sela meninjau langsung korban abrasi di Sasak.
Menurut Harmensyah, untuk mengantisipasi abrasi pantai akan dibangun krib yang dananya bersumber dari  Provinsi Sumbar. BNPB pun siap membantu agar tidak terjadi lagi abrasi.
“Kita ingin Pemkab juga berusaha agar korban tidak lagi membangun rumah di bibir   pantai, bila perlu dicari daerah yang memungkinkan untuk dibangun rumah ne­layan,” jelas Harmensyah.
Kepala BPBD Pemkab Pasbar Asgiarman, kepada Haluan menuturkan, jika Pemkab Pasbar saja yang menangani bencana alam ini, jelas tidak akan mampu karena keterbatasan angga­ran. Untuk itu dia berterima kasih terhadap BNPB Pusat.
”Kita ingin agar persoalan korban abrasi ini tetap tuntas, untuk itulah kita selalu koor­dinasikan dengan provinsi dan pusat,” kata Asgiarman.
Kadis Sostransnaker Ali­man Afni di lokasi, menga­takan, pihaknya sudah men­dirikan tenda darurat dan dapur umum sejak terjadinya abrasi pantai. Tujuannya, warga dapat mengungsi ke tenda darurat jika gelombang air laut semakin tinggi.
“Kami juga sudah siapkan personalia untuk membantu korban abrasi, dan nelayan juga saya lihat sudah ada yang melaut lagi,” kata Aliman Afni, didampingi Camat Sa­sak Yanuardi.
Walinagari Sasak Arman menambahkan, akibat keting­gian ombak yang mencapai lebih 2 meter selama satu malam, Rabu 7 Maret lalu, sekitar pukul 17.00 WIB hingga Kamis malam, ratusan rumah warga terancam am­bruk.
Ada rumah warga terkikis habis, ada juga sebagian rumahnya terpotong.
“Warga berharap agar solusi akibat abrasi ini cepat tuntas, termasuk membangun rumah warga yang rusak dan membuat batu krib,” sebut Arman, yang baru dilantik sekitar sebulan ini.
Secara terpisah Ke­pa­la  Dinas Pekerjaan Umum Pasbar Reflin menyebutkan, kejadian itu mengundang perhatian semua pihak, ter­masuk Pemda. Dalam bulan ini akan dibangun batu krib untuk memecah atau menahan ombak.

Tidak ada komentar: