RANAH MINANG

Mounting created Bloggif Mounting created Bloggif

Kamis, 10 Mei 2012

Jejak PDRI dan Soekarno di Koto Tinggi

 Sejarah perjalanan kemerdekaan Republik Indonesia pernah melewati masa krisis 
ketika Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta serta sejumlah 
menteri ditangkap Belanda dalam Agresi Militer II pada 22 Desember 1948. Namun 
keberadaan Republik Indonesia dapat diselamatkan dengan dibentuknya 
Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI).
  Menurut sejarawan Mestika Zed, beberapa jam sebelum ditangkap, Soekarno 
mempersiapkan mandat yang belum sempat disiarkan secara resmi. Dalam mandat 
itu, Soekarno memerintahkan agar Menteri Kemakmuran Syafruddin Prawiranegara 
membentuk pemerintahan alternatif di luar Yogyakarta. "Ketika Yogyakarta 
diduduki Belanda dan tokoh puncak ditangkapi pihak RI seperti kehilangan induk. 
Soekarno kemudian memberikan mandat kepada Syafruddin," cerita sejarawan 
tersebut.
  Mestika mengatakan Syafruddin kemudian langsung menjalankan tugas itu untuk 
membentuk PDRI. Daerah Kenagarian Koto Tinggi, Kabupaten 50 Kota, Sumatra 
Barat, kemudian dipilih Syafruddin sebagai tempat untuk menjalankan aktivitas 
PDRI. Sebelumnya aktivitas PDRI juga sempat berpindah-pindah dari Bukittinggi, 
Alaban hingga akhirnya ke Koto Tinggi untuk menghindari endusan Belanda.
  Meski Koto Tinggi saat ini hanya sebuah nagari kecil tapi masyarakatnya masih 
mengingat peristiwa bersejarah yang terjadi di kampung mereka tersebut. Datuk 
Siri, warga Koto Tinggi yang melihat kedatangan PDRI, mengatakan sebelum PDRI 
bermarkas di sini daerahnya juga sempat dijadikan markas pejuang kemerdekaan 
lokal. "Tempat ini sangat strategis. Sebab logistik atau makanan bisa masuk 
dari segala penjuru daerah mulai dari barat, timur, utara, dan selatan," ucap 
dia menceritakan kedatangan PDRI saat itu.
  Selama kurang lebih tujuh bulan PDRI menjalankan aktivitasnya di Koto Tinggi 
hingga 4 Juli 1949. Tim Perjalanan Merdeka SCTV baru-baru ini berkunjung ke 
Kantor PDRI di Koto Tinggi. Di tempat itu, terdapat dua rumah yang pernah 
dijadikan Syafruddin bersama rombongannya untuk membicarakan pembentukan PDRI.
  Menurut Datuk Bandoro Mudo, saksi sejarah, dirinya sempat menyaksikan sendiri 
kedatangan rombongan Syafruddin ketika berusia 14 tahun. Rombongan PDRI itu 
datang dan langsung mengadakan pertemuan di Kantor PDRI tersebut. "Setelah 22 
Desember, empat hari kemudian datanglah rombongan PDRI dengan membawa radio 
mini milik AURI untuk membentuk pemerintahan PDRI," ujar dia. Pemancar radio 
tersebut digunakan untuk komunikasi dengan komando Jawa dan luar negeri.
  Kala itu, Belanda tidak pernah bisa menemukan dari mana sinyal radio AURI 
tersebut bersumber. Setelah PDRI dibentuk, beberapa bulan kemudian Soekarno 
dibebaskan dan mengambil kembali kepemimpinan RI. Misi penting PDRI akhirnya 
terselesaikan untuk mempertahankan keberadaan Indonesia di mata dunia. Monumen 
PDRI di Koto Tinggi kini masih terlihat berdiri dengan kokoh sebagai tanda 
penghargaan pemerintah RI kepada masyarakat Ranah Minang.
  Kehadiran Syafruddin meski cukup singkat memberi kesan tersendiri bagi 
masyarakat Koto Tinggi. Masyarakat Sumbar sudah lama meminta pembentukan PDRI 
diakui sebagai bagian sejarah dari pemerintahan RI. Namun, permintaan itu 
selalu kandas. Untuk menghormati perjuangan Syarfrudin, Gubernur Sumbar Gamawan 
mengaku sedang mengajukan usulan tanggal 19 Desember ditetapkan sebagai Hari 
Bela Negara.(ZIZ/Dwi Anggia dan Jhonny Marcos) 
 
wassalam
rina 

1 komentar:

Rubi Dimho mengatakan...

Kepara dunsanak nan punyo jalur mengankat fakta sepertti iko ka ievel nasional

Fakta sejarah nan sanak caritokan sungguh banyak Tapi indak masuk hetongan
Sia kini nan tau Jaan kan diluar daerah, anak sikolah rakyat di Ranah sendiri
bahwa urang Banuhampu nan banamo Asaat pernah jadi pejabat Presiden Rep
Indobnesia sewaktu Soekarno jadi Presiden RIS Sia nan tau bahwa dalam
pemgembalian Bukittinggi ketangan Republik salah satu pasukan yang mengambil
alih Bulittinggi - ibu kota Sumatra dari tangan Balando adalah Tentara Pelajar
( peran seperti iko indak ado di Jawa do ) Sungguh banyak yang lain peristiwa
bersejarah di Ranah nan diperlakukan seperti ketimun bungkuak hanya masuk
keranjang sajo